Sains-Qu : Integrasi IPA dan Al-Qur’an

Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Menurut  UU RI no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pengertian tersebut, pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge atau memindahkan ilmu pengetahuan dari guru/ pengajar ke siswa/ peserta didik. Lebih dari itu, pendidikan juga berkaitan erat dengan transfer of value, transfer of spiritual yaitu proses mengajarkan nilai-nilai moral dan kebaikan. Dalam dunia pendidikan Islam atau institusi pendidikan yang berbasis Islam, proses transfer of value ini tentu harus lebih dominan.

Salah satu tokoh pendidikan nasional yang juga pendiri Muhammadiyah, K.H Ahmad Dahlan memiliki konsep pendidikan yang khas. Pendidikan yang dirintis K.H. Ahmad Dahlan memadukan antara iman dan kemajuan sehingga dapat mencetak generasi yang mampu menghadapi zaman ke zaman. Pada masa pendirian Muhammadiyah, terdapat dua konsep pendidikan yang berkembang di Indonesia, yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan Belanda/barat. Beliau tidak condong atau memilih salah satu di antaranya, akan tetapi memilih jalan tengah (moderat) yang menggabungkan keduanya. K.H Ahmad Dahlan bahkan sempat disebut “kiai kafir” karena meniru pendidikan barat dengan memasukkan matapelajaran umum dan meniru kurikulum barat (orang kafir). Apa yang dilakukan K. H. Ahmad Dahlan sebenarnya adalah upaya untuk menyeimbangkan ilmu dunia dan akhirat, dimana pada saat itu orang-orang Islam masih terbelakang, terutama dalam bidang ekonomi (keduniaan)-nya. Cita-cita K.H Ahmad Dahlan adalah terlahirnya manusia yang intelek dan memiliki keteguhan iman juga mempunyai wawasan yang luas dalam ilmu pengetahuan.

Buku SainsQu : Integrasi IPA dan Al-Qur’an yang kami susun merupakan upaya mengejawantahkan apa yang diwasiatkan oleh K.H. Ahmad Dahlan terhadap pendidikan Muhammadiyah tersebut. Sebagai pedoman hidup, Al-Qur’an membentuk karakter mulia seseorang.. Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT menyebutkan kelebihan orang berilmu atas yang lainnya. Bahkan tidak hanya dalam satu ayat, namun terdapat di beberapa ayat. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sejatinya tidak terlepas dari Al-Qur’an. Buya Hamka juga pernah berpesan “Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi, namun ilmu tanpa iman bagaikan lentera di tangan pencuri”.

Saat ini sudah banyak artikel atau jurnal yang membahas keterkaitan antara Sains (IPA) dan Al-Qur’an. Salah satu yang populer adalah QS. Al-Furqan ayat 53 “ Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi”. Ayat itu menunjukkan pada kita tentang fenomena dua air laut yang tidak dapat menyatu. Para ahli kelautan menemukan bahwa air dari laut-laut yang bersebelahan memiliki perbedaan massa jenis. Karena perbedaan massa jenis ini, tegangan permukaan mencegah dua lautan untuk saling bercampur, seolah-olah terdapat dinding tipis yang memisahkan keduanya. Selain fenomena tersebut, ada banyak fenomena sains lain yang dijelaskan dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu integrasi IPA dan Al-Qur,an di sekolah Islam, khususnya sekolah Muhammadiyah adalah suatu keniscayaan Dengan adanya integrasi Sains (IPA) dan Al-Qur’an diharapkan dapat menambah keyakinan dan semakin menyadari keagungan Allah SWT.

Published by

Shaim Basyari

Teaching | Birdwatching | Blogging Terus belajar biar tidak jadi kurang ajar

Leave a comment